Rabu, 10 Agustus 2011

Tugas Mid semester 2

Daftar Inflasi

JAKARTA - Di tengah wacana peningkatan tingkat inflasi dan tingkat suku bunga yang kemungkinan besar terjadi pada 2010 ini, properti dan emas dapat menjadi instrumen investasi yang aman dari dampak inflasi.
 
Hal tersebut diungkapkan oleh Head of Research and Chief Economist Asia ING Comercial Banking Tim Condon, di Jakarta, hari ini.

" Properti dan emas dianggap sebagai dua instrumen investasi yang dapat mengatasi dampak inflasi di kalangan investor di Indonesia " jelasnya.
 
Dia menjelaskan jika investor akan terus memonitor tingkat inflasi dan suku bunga domestik di 2010. Survei menyatakan bahwa 50 persen dari investor memperkirakan inflasi akan naik pada triwulan I-2010.
 
Pada saat yang sama, 53 persen dari investor berpendapat bahwa suku bunga dalam negeri akan meingkat pada triwulan II. Pandangan investor Indonesia ini secara garis besar konsisten dengan pandangan para investor di negara Asia lainnya (kecuali Jepang), di mana 59 persen dari mereka memperkirakan inflasi meningkat di triwulan I-2010.
 
"Para investor diperkirakan akan memperhatikan dengan seksama kebijakan moneter yang akan diperketat pada 2010. Walaupun Indonesia mencatat tingkat inflasi yang rendah di 2009 dikarenakan melemahnya harga komoditas, inflasi akan kembali meningkat di awal 2010, dan bertahan pada kisaran 5-7 persen selama 2010. Kami perkirakan tingkat suku bunga akan meningkat pada semester pertama 2010," papar Tim.
























JAKARTA. Badan Pusat Statistis (BPS) mengungkapkan, laju inflasi pada Febuari 2010 sebesar 0,30%. Secara tahunan kalender, yakni Januari hingga Febuari 2010, inflasi telah mencapai 1,14%. Sementara itu, secara tahunan atau year on year alias Febuari 2010 terhadap Febuari 2009, inflasi sebesar 3,81%.


Sama seperti inflasi sebelumnya, kenaikan beras yang mencapai 3,02% menjadi faktor terbesar terjadinya inflasi pada bulan Febuari. Kontribusinya mencapai 0,13% dari total inflasi, " Ini karena ada pergeseran musim panan sedikit yang menjadi Maret sekalipun Januari dan Febuari ada panen " ucap Kepala BPS Rusman Heriawan di gedung BPS, Senin (1/3).


Rusman mengatakan, agar inflasi dapat terjaga dengan baik, pemerintah jangan lagi mewacanakan akan menaikan tarif dasar listrik (TDL) ataupun kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). "Kalau masih ada ruang untuk menambah subsidi akan lebih baik. Juga jangan tidak menaikan tapi diomongin terus, akan rugi dua kali" jelas dia.

Dia melanjutkan, sepanjang pemerintah tidak menaikkan atau mewacanakan akan menaikan harga TDL dan harga BBM, tingkat inflasi akan aman. BPS memperkirakan, kata Rusman, inflasi sepanjang tahun ini akan terjaga di tingkat asumsi inflasi yang ditetapkan pemerintah.




























Jakarta, CyberNews. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan menyatakan target laju Inflasi tahun 2011 sebesar 5,3% dalam APBN sulit dicapai. Pasalnya, di tahun ini target inflasi itu terganjal berbagai kebijakan pemerintah.

" Saya tidak mengatakan 5,3 persen itu tercapai atau tidak tercapai, karena kami tidak bisa juga buat proyeksi tapi rasanya target pemerintah itu belum bisa tercapai di tengah serbuan faktor internal dan eksternal " ujar Rusman.
Menurut dia, harga pangan dunia tengah meningkat yang berimbas pada harga pangan di dalam negeri. Meskipun, lanjut Rusman, kenaikan harga pangan diakuinya tidak setinggi pada bulan Desember lalu.
Rusman menilai kebijakan-kebijakan pemerintah tahun ini disinyalir memicu inflasi. Terutama kebijakan pembatasan BBM bersubsidi dan tarif listrik. "Ingat pada 2010 pendorong inflasi nomor dua itu dari TDL sehingga menjadi referensi buat pemerintah " terangnya.
Kendati demikian, Rusman menambahkan, bukan berarti kebijakan tersebut tidak bisa diterapkan. Pasalnya, pembatasan BBM bersubsidi yang akan diberlakukan pada akhir kuartal I berdampak baik untuk anggaran negara sehingga memang patut dilakukan.
Selain itu, pelepasan Capping listrik industri, lanjutnya, juga memiliki potensi untuk menaikan inflasi pada 2011 ini. Meskipun, Rusman mensinyalir dampak inflasinya tidak langsung tapi memiliki dampak berkelanjutan. " Kalau akibat kebijakan itu industrinya naikin harga ya akan kena ke masyarakat dan bisa menimbulkan inflasi " jelasnya.
Penyesuaian gaji

Menurut Rusman, ekspektasi inflasi sangat melekat di masyarakat Indonesia, sehingga isu-isu yang sensitif saja bisa mendongkrak inflasi ke level yang lebih tinggi. Dia mencontohkan isu terbaru terkait penyesuaian gaji sebanyak 8000 pejabat negara.
Hal ini, kata dia, akan membebani laju inflasi yang akan menimbulkan ekspektasi peningkatan daya beli. Kemudian, hal ini bisa mendorong pedagang menaikan harga. Karenanya, saran Rusman, ekspektasi tersebut perlu diredam dengan suatu kepastian kebijakan yang akan diterapkan. Sehingga bukan hanya menjadi sekadar wacana yang realisasinya belum diketahui.
" Sebenarnya kenaikan gaji sudah dilakukan 5% yang otomatis naik itu, nah ini mau bicara yang mana lagi diatas 5%? Kalau ini dikembangkan ini seolah-olah masyarakat menjadi rela membayar tinggi toh gajinya akan naik " cetusnya.



Jakarta, CyberNews. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan menyatakan target laju Inflasi tahun 2011 sebesar 5,3% dalam APBN sulit dicapai. Pasalnya, di tahun ini target inflasi itu terganjal berbagai kebijakan pemerintah.
" Saya tidak mengatakan 5,3 persen itu tercapai atau tidak tercapai, karena kami tidak bisa juga buat proyeksi tapi rasanya target pemerintah itu belum bisa tercapai di tengah serbuan faktor internal dan eksternal “ ujar Rusman.
Menurut dia, harga pangan dunia tengah meningkat yang berimbas pada harga pangan di dalam negeri. Meskipun, lanjut Rusman, kenaikan harga pangan diakuinya tidak setinggi pada bulan Desember lalu.
Rusman menilai kebijakan-kebijakan pemerintah tahun ini disinyalir memicu inflasi. Terutama kebijakan pembatasan BBM bersubsidi dan tarif listrik, " Ingat pada 2010 pendorong inflasi nomor dua itu dari TDL sehingga menjadi referensi buat pemerintah " terangnya.
Kendati demikian, Rusman menambahkan, bukan berarti kebijakan tersebut tidak bisa diterapkan. Pasalnya, pembatasan BBM bersubsidi yang akan diberlakukan pada akhir kuartal I berdampak baik untuk anggaran negara sehingga memang patut dilakukan.
Selain itu, pelepasan Capping listrik industri, lanjutnya, juga memiliki potensi untuk menaikan inflasi pada 2011 ini. Meskipun, Rusman mensinyalir dampak inflasinya tidak langsung tapi memiliki dampak berkelanjutan. " Kalau akibat kebijakan itu industrinya naikin harga ya akan kena ke masyarakat dan bisa menimbulkan inflasi " jelasnya.
Menurut Rusman, ekspektasi inflasi sangat melekat di masyarakat Indonesia, sehingga isu-isu yang sensitif saja bisa mendongkrak inflasi ke level yang lebih tinggi. Dia mencontohkan isu terbaru terkait penyesuaian gaji sebanyak 8000 pejabat negara.
Hal ini, kata dia, akan membebani laju inflasi yang akan menimbulkan ekspektasi peningkatan daya beli. Kemudian, hal ini bisa mendorong pedagang menaikan harga. Karenanya, saran Rusman, ekspektasi tersebut perlu diredam dengan suatu kepastian kebijakan yang akan diterapkan. Sehingga bukan hanya menjadi sekadar wacana yang realisasinya belum diketahui.
" Sebenarnya kenaikan gaji sudah dilakukan 5% yang otomatis naik itu, nah ini mau bicara yang mana lagi diatas 5%? Kalau ini dikembangkan ini seolah-olah masyarakat menjadi rela membayar tinggi toh gajinya akan naik " cetusnya.





TEMPO Interaktif, Jakarta - Melonjaknya harga saham di Bursa New York semalam dan pergerakan bursa regional pagi ini akan mempengaruhi perdagangan bursa domestik hari ini, Rabu 1 Juni 2011.

Antisipasi rendahnya angka inflasi dan bahkan kemungkinan kembali terjadi deflasi di bulan Mei kemarin bisa memicu para pemodal untuk kembali melakukan akumulasi saham di bursa.

Siang ini, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data inflasi bulan Mei kemarin. Diperkirakan inflasi bulan ini akan mencapai sekitar 0,1 persen untuk inflasi bulanan (MoM).

Pada perdagangan semalam, indeks Dow Jones industri ditutup naik 128,21 poin (1,03 persen) ke level 12.569,79. Indeks saham teknologi Nasdaq juga menguat 38,44 poin (1,7 persen) menjadi 2.835,30. Indeks S&P 500 juga naik 14,1 poin (1,06 persen) ke posisi 1.345,2.

Adanya sentimen positif dari faktor regional dan domestik diharapkan dapat menggerakkan indeks untuk kembali mendekati level tertingginya di 3.872, setelah dalam beberapa hari terakhir indeks bergerak datar.

Analis dari PT Panin Sekuritas, Purwoko Sartono, menjelaskan sikap wait and see investor menjelang pengumuman data inflasi membuat indeks bergerak dalam kisaran sempit. “ Adanya wacana pemerintah akan menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi juga menjadi hambatan penguatan bursa,” tuturnya.

Hari ini indeks akan bergerak dalam rentang 3.825 hingga 3.858. Investor dapat mencermati pergerakan harga komoditas untuk melakukan akumulasi saham pertambangan dan perkebunan.

Saham-saham seperti Indo Tambangraya (ITMG), Sampoerna Agro (SGRO), serta MNC (BMTR) bisa menjadi perhatian pemodal hari ini.

Pada perdagangan kemarin indeks berhasil menguat 10,83 poin (0,28 persen) ke level 3.836,967. Saham sektor konstruksi, perdagangan, serta industri dasar menjadi penggerak indeks.




DAMPAK HARGA CABAI MEROKET PICU INFLASI PERLU DIEVALUASI


Kenaikan harga cabai sulit diprediksi di tengah pengaruh iklim yang tidak menentu. Selain iklim, kenaikan harga komoditas ini ikut dipengaruhi ekspektasi kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya. Apalagi kenaikan ini memang secara psikologis memengaruhi tingkat inflasi yang di luar ekspektasi mencapai 6,96 persen sepanjang 2010.

Ekonom Senior Mirza Adityaswara menjelaskan, memang saat ini sedang ada wacana untuk meniadakan cabai dalam perhitungan inflasi. “ Cabai memang penting bagi masyarakat Indonesia, akan tetapi mungkin yang perlu ditinjau adalah berapa besar bobot cabai dalam perhitungan komponen inflasi bahan makanan dan inflasi total ” kata Mirza ketika dikofirmasi Tribunnews.com, Senin (3/1/2011), malam.

Dikatakan, sebagai negara berkembang yang mana masyarakat berpenghasilan rendah masih banyak, maka inflasi bahan makanan pantas mempunyai bobot terbesar.

Tapi tentu cabai tidak sepenting beras, jadi bobotnya cabai harus dilihat sebesar apa yang pantas untuk kondisi masyarakat Indonesia saat ini ” kata Mirza












Tidak ada komentar:

Posting Komentar